(Jakarta), KalbarPos.com – Suksesnya mudik dan arus balik Lebaran 2025 seolah menjadi panggung besar bagi banyak pihak. Aparat keamanan dipuji, pejabat pemerintah dielu-elukan, infrastruktur dikagumi. Namun, di tengah gegap gempita itu, ada satu pihak yang nyaris tak disebut: jurnalis.
Padahal, setiap informasi soal kemacetan, jadwal buka-tutup jalur, himbauan keselamatan, hingga kondisi layanan umum—datangnya dari kerja para wartawan, reporter, dan kontributor media di lapangan. Mereka berjaga saat orang lain pulang. Mereka mengabarkan saat yang lain merayakan.
Namun, mengapa peran itu tak mendapat tempat dalam deretan apresiasi nasional?
Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, menyampaikan keprihatinannya. Dalam pesan yang dibagikan ke jaringan media pada Minggu (14/4), ia menilai negara tengah mengalami "amnesia selektif".
"Pers adalah bagian penting dari keberhasilan arus mudik. Tapi sayangnya, yang diingat hanya yang berseragam. Yang membawa pena dan mikrofon seolah tak pernah hadir,” ucapnya.
Kritik pun datang dari berbagai daerah. Rian Wahyudi dari Sumatera Selatan menegaskan bahwa kerja jurnalis bukan kerja gaib. “Kami ini nyata, kerja kami nyata. Tapi kami selalu dilupakan begitu pesta usai,” tulisnya.
Sementara itu, Maya Pratiwi dari Jawa Tengah menyayangkan sikap Dewan Pers yang menurutnya tak lagi lantang membela. “Kalau institusi pengayom jurnalis pun ikut diam, lalu siapa yang akan berdiri untuk kami?”
Kisah yang sama disampaikan Damar Adityo dari Kalimantan Timur dan Rita Andani dari Sulawesi Selatan. Semua menyoroti hal yang serupa: peran jurnalis kerap tak terlihat, tapi sangat dirasakan.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah profesi jurnalis hanya dibutuhkan saat krisis, tapi dilupakan saat selebrasi? Apakah kerja jurnalistik hanya dianggap sebagai ‘pengiring’, bukan bagian utama?
Di tengah era informasi seperti sekarang, bukankah seharusnya media menjadi mitra strategis yang juga layak dihormati?
Pertanyaan-pertanyaan itu masih menggantung. Dan sementara panggung terus diisi oleh mereka yang mendapat tepuk tangan, para jurnalis diam-diam kembali ke lapangan, mengabarkan cerita yang mungkin esok juga tak akan disebut. (RED).
Diterbitkan oleh KalbarPos.com (Ya' Syahdan).